Rombongan Plt. Bupati Koltim yang diwakili Sekda dan Ketua TP-PKK beserta jajaran disambut sejumlah Tokoh masyarakat Bali saat menghadiri ...
LADONGI,SITUSSULTRA com-Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang memiliki beragam budaya, Suku, Ras dan Agama.
Dan keberagaman inilah yang menjadi Kekayaan dan simbol kekuatan serta persatuan di Bumi Latamoro ini yang harus dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu, harus dijaga agar tetap utuh dan harmonis.
Dimana Daerah ini merupakan pemekaran Kabupaten Kolaka yang sejak tahun 70-an atau semasa masih wilayah otoritas Kolaka khususnya Tirawuta dan Ladongi telah menjadi bagian daerah tujuan Transmigrasi.
Diperkirakan kurang lebih 30 persen suku Bali telah berkembang di daerah ini, dan keberadaannya menjadi bagian suku yang telah banyak berkontribusi terhadap perkembangan pembangunan Daerah.
Selain itu, keberadaan Transmigran asal pulau Dewata ini menjunjung tinggi tradisi budaya dan agama. Dan ini telah dilakukan sejak beberapa tahun silam. Dimana mereka mampu melakukan akulturasi budaya dan menyatukannya dengan budaya warga asli.
Dan ditahun 2022 ini merupakan Hari Ulang Tahun (HUT) Transmigrasi Ladongi 1.A ke 50 yang jatuh pada tanggal 23 September 2023 sejak terbentuknya 1972. Ini membuntikan etnik ini telah berkembang selama setengah abad ini.
Diperayaan yang ke 50 tahun ini Pemda Koltim atas nama Plt. Bupati yang diwakili Sekda Koltim bersama rombongan menghadiri acara yang dimeriahkan dengan berbagai seni budaya Bali yang dikolaborasikan dengan seni budaya Tolaki sebagai suku Asli yang mendiami daerah ini.
Dalam kegiatan yang bertemakan "membangun peradaban dalam bingkai kebhinekaan dari pinggiran desa transmigrasi untuk membangun negeri". Turut dihadiiri, Ketua TP-PKK Koltim, Para Pimpinan OPD, Kapolsek Ladongi, Danramil Rate-Rate, Camat Ladongi, Anggota DPRD Koltim, Salah satu Anggota DPRD Konawe, Tokoh Masyarakat, Insan Pers dan pihak-pihak terkait lainnya.
Melalui sambutan, Plt. Bupati yang diwakili Sekda Koltim Andi Muhammad Iqbal Tongasa mengatakan, jika mengenang perjalanan selama kurun lima puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, tentu banyak sekali suka duka yang di alami para transmigran tersebut.
"Saya yakin tentulah lebih banyak dukanya apalagi dimasa-masa awal bapak/ibu saudara menginjakan kaki di dataran sulawesi tenggara khususnya ladongi ini,"kata Plt. Bupati Koltim yang diwakili Sekda Koltim saat memberikan sambutan HUT Transmigrasi Ladongi 1.A di salah satu Pura di Ladongi, Jumat (23/9/2022).
Salah satu Tarian Bali saat mempertunjukan di HUT ke 50 Transmigrasi Ladongi 1.A di hadapan rombongan Plt. Bupati Koltim |
Ia mengungkapkan, jika mengenang lima puluh tahun silam ladongi tentulah tidak seramai dewasa ini, sebagaimana yang terbayang sebab waktu itu tentulah masih hutan belantara, akses transportasi yang pasti masih sangat sulit.
"Jangankan telekomunikasi listrik pastilah belum ada saat itu, semua kesulitan dan hambatan dapat bapak/ibu lalui dalam kebersamaan saling bergandeng tangan dan bahu membahu dengan mengesampingkan semua perbedaan yang mungkin ada saat tu,"terangnya.
Ia mengatakan, ada beberapa alasan yang melatar belakangi adanya program transmigrasi diantaranya, pemerataan persebaran penduduk; meningkatkan taraf hidup masyarakat, penyediaan lapangan kerja; pemerataan pembangunan peningkatan kesatuan dan persatuan.
Untuk itu, melalui momentum ini, Bupati menitikberatkan pada peningkatan persatuan dan kesatuan.
"Saya berharap kita semua, dapat semakin meningkatkan semangat kekeluargaan, kebersamaan dan persatuan. karena ini merupakan modal sosial dalam membangun Kabupaten Kolaka Timur kedepannya, khususnya dalam mempercepat tervwujudnya visi Kabupaten Kolaka Timur 2021-2026 yakni, sejahtera bersama masyarakat kolaka timur yang agamis, maju, mandiri dan berkeadilan,"harapnya.
"Kami juga berharap, agar seluruh stakeholder dapat semakin berkontribusi positif dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial pembangunan di daerah,"tambahnya.
Sementara itu, Salah satu Tokoh masyarakat Transmigran Bali Ladongi 1.A, Ida Bagus Putu Widiana dalam selayang pandangnya mengungkapkan, bahwa pada tanggal 20 september 1972, mereka yang merupakan rombongan transmigran Bali gelombang 1 sebanyak 100 kk kurang lebih 600 jiwa berangkat dari pelabuhan Benoa melalui jalur laut dengan KM Bidara.
"Itu tepatnya tanggal 23 september 1972, sekitar jam 9.00 kami tiba di Pelabuhan Kendari, 10 KK dengan pakaian seragam dan topi anyaman daun Kelapa yang merupaka ciri khas petani di Bali. Waktu itu Kami berbaris mengikuti upacara penyambutan yang di terima langsung oleh bapak Gubernur Sulawesi Tenggara saat itu Bapak Edi Sabara dan setelah acara penerimaan selesai, Kami di berangkatkan dengan menggunakan Truck. Kurang lebih jam 17.00 tiba diladongi tepatnya di SD Lamotau yang sekarang telah menjadi SDN 2 Ladongi,"kenangnya melalui sambutan.
Lebih lanjut, Ia menceritakan, bahwa setelah makan malam, mereka berkumpul di Balai Desa Ladongi untuk mengikuti acara penerimaan oleh bapak Bupati Kolaka selaku pemerintah daerah saat itu melalui Camat Tirawuta H. Muhammad Nur Latamoro selaku camat pertama di Tirawuta.
Sementara, Pendamping transmigrasi yang mewakili Gubernur Bali dalam sambutanya saat itu mengatakan bahwa pihaknya menitipkan dan menyerahkan warga Bali kepada Bupati dengan memohon pembinaan karena mereka adalah Petani yang tekun dan terampil.
Selanjutnya, Ia juga menuturkan sambutan yang disampaikan Bupati Kolaka saat itu, bahwa Beliau dengan senang hati menerima dan akan membina warga transmigras, untuk bersama-sama membangun Daerah Ladongi sehingga menjadi Lumbung Pangan di Kabupaten Kolaka.
"Setelah selesai sambutan bupati Kolaka, Kami melihat di atas Meja ada sebuah Loyang beralaskan Kain dan berisi lingkaran Rotan pada saat itu Kami tidak memahami apa makna simbol tersebut. Namun setelah beberapa Hari, atas penjelasan saudara Kami dari Pribumi Tolaki mekongga, bahwa Loyang yang beralaskan Kain dan Rotan itu artinya adalah kedatangan Kami telah di terima secara adat Tolaki Mekongga,"ceritanya.
"Kami merasa terharu atas penerimaan Kami yang dilakukan secara adat, dan setelan acara penerimaan selesai, maka dilanjutkan dengan pementasan Kesenian daeran Lulo, namun karena hari sudah larut malam Kami meminta izin untuk beristirahat,"lanjutnya bercerita.
Tokoh Transmigran itu menceritakan, kedatangan para transmigrasi asal Bali di Ladongi bertahap, sebab 3 bulan setelah itu disusul rombongan transmigrasi Bali yang kedua sebanyak 20 kk dan mereka ditempatkan di blok D dan blok E.
"Selanjutnya disusul lagi transmigrasi spontan dari Bali sebanyak 60 kk yang di tempatkan di blok H, I dan L. Dan tahun berikutnya datang lagi transmigrasi Bali yang ditempatkan di Ladongi 2, sehingga membuat Ladongi semakin ramai,"demikian cerita dari salah satu tokoh masyarakat transmigran Bali, Ida Bagus Putu Widiana melalui sambutan HUT Transmigrasi Ladongi 1.A.
Penulis : Darson