KOLTIM,SITUSSULTRA.com- Pemerintah Daerah (Pemda) Kolaka Timur (Koltim) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar rapat Pertemuan Analisis Sit...
KOLTIM,SITUSSULTRA.com-Pemerintah Daerah (Pemda) Kolaka Timur (Koltim) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar rapat Pertemuan Analisis Situasi Program Stunting.
Kegiatan ini digelar di Aula Baros Grahasbha yang terletak di Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur, Selasa 17 Mei 2022.
Dalam kegiatan ini turut hadir, Pj. Sekda Koltim, Ketua TP-PKK Koltim, para asisten Sekda, para pimpinan OPD, para Camat, para Kepala Puskesmas dan sejumlah pihak terkait lainnya.
Melalui sambutan, Pj. Bupati Koltim, Ir. H. Sulwan Abunawas mengatakan, kerja kolaborasi adalah kunci, karena intervensi percepatan penurunan stunting,baik itu intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif merupakan bagian program dan kegiatan organisasi perangkat daerah, kecamatan dan puskesmas sesuai dengan tupoksinya masing masing.
Salah satu kegiatan di lingkup Pemda Koltim terkait penurunan Stunting |
"Bahkan pemerintahan desa juga memiliki berbagai program/kegiatan yang terkait penurunan stunting.dengan demikian intervensi yang sifatnya multi sektor dan multi government level tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa kerja kolaborasi,"jelasnya.
Kata dia, sebagai penjabat Bupati dirinya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para camat yang sudah berkomitmen untuk melakukan percepatan penurunan stunting di wilayahnya masing masing.
"Komitmen saudara saudara sangatlah diperlukan,karena dengan komitmen yang kuat dari para camat dan juga parah lurah serta kepala desa,menjadikan penurunan stunting sebagai prioritas sehingga semua sumber daya yang diperlukan dapat dimobilisasi untuk penurunan stunting dikolaka timur,"ujarnya.
Bupati menyampaikan, bahwa saat ini situasi masih menghadapi pandemi covid-19 yang sudah berlangsung sejak bulan maret 2020. Sebab itu pandemi yang mempunyai dampak yang luar biasa, baik bagi aspek sosial maupun ekonomi masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri bagi upaya percepatan penurunan stunting.berdasarkan hasil survei status gizi indonesia(SSGI)tahun 2021.
"Prevalensi stunting kolaka timur menjadi yang terendah sesulawesi tenggara yaitu 23% sedangkan rata rata provinsi sulawesi tenggara mencapai 30%.angka ini masih jauh diangka nasional yaitu 24,4%. namun masih jauh dari target nasional yaitu 14%pada tahun 2024,"hitungnya.
Menurutnya, jika dilihat dari pencapaian pencapaian ini, berarti kolaka timur masih mengalami defisit sekitar 9%.untuk mencapai target nasional 2024 untuk itu, pihaknya meminta agar setiap OPD dapat memetakan kembali semua program, kegiatan dan anggaran yang terkait percepatan penurunan stunting.pemetaan ini penting untuk mengetahui program apa saja yang masih berjalan.
Skema pencegahan stunting (Foto : kkn.undip.ac.id) |
"Program apa saja yang terhenti selama masa pandemi dari pemetaan tersebut,kemudian OPD dapat menyusun rencana kegiatan selanjutnya dengan mengoptimalkan berbagai sumber pendanaan agar seluruh layanan yang dibutuhkan dapat diterima oleh kelompok sasaran,"sebutnya.
Ia mengatakan, bahwa dari sisi kerangka intervensi seperti, penanganan stunting secara garis besar dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan.
"Sementara intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung seperti penyediaan air bersih dan sanitasi menurut berbagai literatur,intervensi gizi sensitif ini memiliki kontribusi lebih besar yakni 70% dalam upaya penurunan stunting,"katanya.
Kendati yang menjadi tantangan kata Sulwan adalah bagaimana memastikan setiap OPD mempunyai anggaran untuk melaksanakan program/ kegiatan dan dapat secara konvergensi berbagai program yang terkait dengan penurunan stunting menjadi kata kunci untuk memastikan program program intervensi dapat dilaksanakan secarah optimal.
"Konvergensi adalah kata yang mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk diwujudkan.untuk mewujudkannya memerlukan upaya keras dari kita semua, setiap OPD yang terlibat diminta untuk mengilangkan ego sektoral karena konvergensi membutuhkan kerja kolaborasi antar berbagai pihak,"imbaunya.
"Dan pertemuan aksi satu adalah analisis situasi program pencegahan dan penurunan stunting, prosesnya untuk mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kab,kolaka timur situasi ketersediaan program dan praktik manajemen layanan,"sambungnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, bahwa analisis dan situasi yang dilakukan untuk memahami permasalahan dalam integrasi dan intervensi gizi spesifik serta sensitif pada sasaran rumah tangga 1.000 HPK nantinya hasil analisis situasi ini akan membantu pemerintah kolaka timur dalam menetukan program/kegiatan yang diprioritaskan.
"Masalahnya ada pada bagaimana program tersebut dilaksanakan terutama konvergensi antar progra jika konvergensi ini bisa diwujudkan melalui program dan kegiatan yang konvergen menyasar pada kelompok sasaran utama yaitu ibu hamil,ibu menyusui dan anak dibawah usia dua tahun yang kemudian disebut sebagai keluarga 1.000 hari pertama kehidupan dan juga remaja puteri pasangan usia subur dan anak belita,"pungkasnya.
Editor : Darson